Thursday 21 February 2019

Asyiknya Berkunjung ke Perpustakaan Nasional

Minggu ini Agzi ada tugas liburan, bercerita tentang "Kunjungan ke Perpustakaan". Karena Madrasah tempat Agzi sekolah itu baru gedungnya, jadi belum bisa tuh diceritain kesan-kesan bagaimana bercerita jika kita berkunjung ke Perpustakaan. Baiklah saya pun akhirnya cari-cari waktu gimana bisa ke Perpusatakaan Nasional dengan santai dan pas saat tidak ramai.

Buat orang yang udah lama kerja kaya saya, trus ga kuliah-kuliah lagi ataupun bikin-bikin jurnal kaya pegawai-pegawai lain, Perpustakaan tuh adalah tempat yang sangat jarang dikunjungi. Saya suka buku, dan suka membaca tapi di era sekarang, bacaan saya siy seputar forum, blog, googling. Palingan juga yang saya baca dan tujuannya buat belajar lagi bagaimana jadi muslimah, bagaimana hijrah, jadi orang tua yang baik atau tentang ilmu parenting, memberikan hal-hal positif ke anak atau seputar tentang pendidikan anak. Jadi kalo ada masalah-masalah tentang anak atau keluarga ya otomatis buka hp siy ya untuk tau solusi cepatnya.

Balik ke cerita kunjungan Perpusatakaan Nasional yaa..
Jadi karena sekarang tinggal di Bogor, naiklah kami commuterline dan turun di Gondangdia. Kalo mau naik angkutan umum bisa tuh tapi ganti-ganti bus. Saya mah langsung pesan ojol ajah lah, ga ada 10 menit sampai deh..


Perpustakaan Nasional ini diresmikan oleh Bapak Presiden Joko Widodo pada bulan September 2017 dan dibuka untuk umum sejak Oktober 2017. Gedungnya baru lho, bahkan katanya disebut-sebut sebagai Perpustakaan yang paling tinggi didunia. Perpustakaan Nasional ini terdiri dari 27 lantai plus basement dengan ketinggian mencapai 126,3 meter. 

Perpustakaan Nasional buka setiap hari :
  • Senin sampai Jumat dari pukul 7.30 WIB sampai 18.00 WIB
  • Sabtu dan Minggu buka dari pukul 7.30 WIB sampai 16.00 WIB.  
Ketika memasuki kawasan Perpustakaan Nasional, saya dan anak-anak memasuki sebuah rumah bagian depan seperti pendopo yang isinya layaknya sejarah museum. Yang paling memukau anak-anak adalah layar interaktif yang menjelaskan sejarah budaya membaca.di Indonesia. Ada banyak buku-buku yang disusun di rak buku kuno, dan ruang-ruang bersejarah berisikan barang-barang antik seperti mesin ketik, pulpen tinta jaman dulu, dan koleksi aksara kuno dari berbagai wilayah di Indonesia. Ada juga replika Perpustakaan keliling yang menggunakan sepeda ontel untuk membawa buku-bukunya. 


Setelah melewati depan pendopo ini, maka kami masuk ke gedung Perpusatakaan Nasional utama. Bagian lobi utama sangat luas, banyak foto-foto dan lukisan Bapak Joko Widodo, ditengah lobby ada rak buku tinggi menjulang dari lantai satu hingga empat. Nah sebelum masuk, pengunjung diharapkan tidak membawa tas, makanan dan minuman ke dalam. Jadi kami titip di ruang loker.


Menuju ke lantai 2, untuk tempat pendaftaran. Sebelum mendaftar jangan lupa disiapkan NIK anak, yang bisa diambil dari Kartu Keluarga. Minimal umur untuk pendaftaran memang tidak ditentukan, tapi sebaiknya yang sudah sekolah. Agzi sudah bisa ngetik sendiri, tapi ngetiknya belum lancar, Ibunya geregetan. Soalnya setia hari ada kuota pendaftaran 500 orang setiap harinya. Nah pas kami datang ini udah jam 10 dan antrian udah yang ke 473. Dan akhirnya ketika mengisi alamat, saya yang ketik deh, dan pencet submit! Ga ada semenit, no antrian print langsung dipanggil. Dan langsung jadi kartunya lho.. Asikk kan.. Langsung bisa digunakan untuk masuk ke lantai lain. Oia jangan khawatir, komputer yang disediakan untuk mendaftar sangat banyak jadi begitu datang kita bisa langsung mengisi data dan print kartu.




Setelah membuat kartu anggota, kita bisa langsung menikmati fasilitas-fasilitas Perpustakaan yang tersedia. Perpusatakaan Nasional ini terdiri dari 24 lantai, di samping lift selalu tersedia direktori lantai yang bisa jadi panduan buat para pengunjung. Koleksi buku langka di lantai 14 dan koleksi referensi di lantai 15, tapi ruangan ini tertutup. Kalo mau pinjam, bisa dibantu sama pustakawannya jika mau baca. Dan katanya tidak bisa dipinjam keluar atau dibawa. Koleksi budaya nusantara dan executive lounge ada di lantai paling atas. Fasilitas yang tersedia juga cukup lengkap, ada internet dan komputer yang disediakan bagi yang tidak membawa laptop di lantai 19. Layanan terbuka untuk membaca dan meminjam buku ada di lantai 21 dan 22. Karena kunjungan kali ini sudah agak siang dan bawa anak-anak, maka langsung ke lantai 7 ajah untuk koleksi buku anak-anak, ruangan lansia dan disabilitas.




Ruangan untuk anak-anak ini sangat nyaman, ruangannya dicat penuh warna dan gambar-gambar anak-anak. Rak bukunya tersusun per kategori tema buku. Jangan lupa mengisi buku tamu ya sewaktu masuk. Anak-anak bebas mengambil buku apa saja. Jadi mereka saya biarin ajah berkeliling mencari buku yang mereka mau baca. Kebanyak yang mereka ambil buku Ensiklopedi atau cerita-cerita Islam. Hisyam belum ngerti, jadi yang ambilin mas Agzi ajah deh..

Selesai membaca, kita ga perlu repot mengembalikan buku ke rak-rak yang tersedia. Lagian ga hafal juga ya, ini anak-anak ambil buku dimana ajah. Ada tempat untuk pengembalian buku, jadi nanti dibantu pustakawannya. 

Nah sekian cerita saya, gimana asiknya mengajak anak-anak ke Perpustakaan Nasional.